Sikap Do'a dan Tawakkal dalam Merespon Problem Kemiskinan

OPINI
Problem kemiskinan, apakah sebuah takdir yang sudah ditetapkan. ataukah sikap kepasrahan pada takdir sebagai alasan pembenaran atas ketimpangan ekonomi atau kemiskinan yang terjadi pada diri seseorang. Kaya atau miskin, apakah murni karena sikap kemalasan atau ketekunan dalam berusaha/ikhtiar.
Dalam merespon problematika tersebut pemahaman manusia secara umum terbagi menjadi tiga sudut pandang, yang pertama mengaggap bahwa kemiskinan itu adalah takdir yang sudah tidak bisa diubah lagi, sejak dilahirkan di dunia ini dalam keadaan miskin maka kepasrahan mmenerima segala sesuatu yang sudah digariskan oleh Tuhan. Yang kedua Menganngap bahwa penyebab kemiskinan adalah kemalasan dalam bekerja ketidak mampuan berusaha semaksimal mungkin dan yang ketiga Menganggap bahwa kemiskinan adalah sebuah system dimana dia terperangkap dalam situasi atau lingkungan yang memiskinkan dirinya, sehingga bagaimanapun bentuk usaha yang dia lakukan tetap saja miskin.
Secara garis besar bahwa Takdir adalah ketentuan dari Allah SWT takdir hasil akhir dari sebuah keadaan, Takdir terbagi menjadi dua, yaitu Takdir Mubram (Qada’) merupkan takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah oleh manusia lagi, seperti kelahiran, kematian, jenis kelamin, dan Takdir Muallaq (Qadar) yakni takdir yang bergantung pada ikhtiar seseorang atau usaha menurut kemampuan yang ada pada manusia. Lantas apakah ketimpangan ekonomi masyarakat miskin merupakan takdir Mubran atau Muallaq? Kalau kita perhatikan dengan seksama maka sesungguhnya kemiskinan merupakan takdir Muallaq, keberadaannya tergantung usaha manusia, miskin atau kaya tergantung kemampuan ikhtiar itu sendiri.
Terjadinya kemiskinan disebab Ikhtiar belum maksimal, seperti yang kita ketahui bahwa ikhtiar merupakan perilaku seorang yang berusaha dengan sunguh-sungguh dengan cara yang baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam konteks ketimpangan ekonomi masyarakat miskin, maka bekerja dengan giat merupakan bentuk dari ikhtiar Inilah yang dimaksud dengan takdir muallaq, Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar Ra’d ayat 11 yang artinya, Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Bahwa kemiskinan itu disebabkan karena usaha manusia belum maksimal.
Kita sudah berusaha semaksimal mungkin, segala bentuk ikhtiar kita sudah jalani dengan sekuat kemampuan namun hasilnya tetap saja dalam keadaan miskin, lantas bagaimana kita menyikapinya?, dalam pandangan Paul Freire, kondisi inilah yang disebut ketimpangan yang sengaja diciptakan oleh manusia dalam sebuah sitem, yang kita kenal system Kapitalis dimana yang kaya akan semakin kaya sebagai pemilik modal sementara yang miskin akan semakin miskin sebagai pekerja, mereka mendapatkan uapah sekedar cukup untuk bertahan hidup, sekeras apapun mereka berusaha tetap saja miskin. Lingkungan dan sitem yang membuat mereka miskin bukan karena kemalasannya berusaha.
Problem Kemiskinan tumbuh subur sebagi sebuah gerakan sitemik, memiskinka manusia sebuah kejahatan besar, maka Negara harus hadir sebagai representasi khalifah yang akan dimintai pertanggung jaaban di hadapan Allah, sejauhmana Negara hadir menuntaskan kemiskinan, Negara hadir menyelesaikan ketimpangan ekonomi, dan Negara hadir dalam hal ini pemerintah sebagai khalifah melawan kapitalisme sebagai sebuah kejahatan ekonomi. Sebagai individu, respon positif yang bisa jadikan sandaran, kita harus menyadari kehidupan dunia penuh dengan tipu daya, kerakusan dan ketamakan sudah menjadi sesuatu keniscayaan sebagai sebuah ujian.
Mengapa Tuhan ,menciptakan hari akhir, untuk menuntaskan segala bentuk ketimpangan dan ketidak adlilan di dunia ini, maka kita sebagai orang yang beriman masih ada konsep Doa dan tawakkal, sebagai respon Ikhtiar yang sudah dimaksimalkan, pengaruh doa dan tawakkal merupakan wujud penyandaran diri seorang hamba tentang kebenaran penciptanya. Dengan berdoa, Allah akan mengabulkan keinginan para hambanya, sementara melibatkan Tuhan dalam tawakkal akan membebaskan diri dari segala ketergantungan selain kepada Allah dan menyerahkan keputusan atas segala sesuatunya dari Sang Khalik.
Dengan kata lain, tawakal adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT setelah melakukan usaha dengan sekuat tenaga. Posisi do’a dan tawakkal memberikan pengaruh yang sangat signifikan, penguatan batin seorang hamba untuk menerima segala bentuk hasil yang dicapainya setelah memaksimalkan usaha, maka apapun hasilnya batin akan tetap tentram, pikiran akan tetap tenang. maka bekerja dengan giat dan berdoa kepada Allah SWT. selanjutnya berserah diri kepada-Nya atas segala usaha maka miskin ataupun kaya bukan menjadi sebua problem, namun yang jadi problem jika terperangkap didalamnya dan lupa akan tugas dan tanggung jawab kita sebagai manusia di dunia ini. Maka dari itu, kita perlu menerapkan konsep ikhtiar, doa, dan tawakkal seagai respon penyadaran bahwa kehidupan dunia ini hanyalah bersifat sementara.
(Syaharuddn, S.Pd.I., M.Pd./Guru PAI)
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Hujan
- Internet dan Kemalasan Berpikir Peserta Didik dalam Pembelajaran
- Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang
- Apa Itu Pemanasan Global
- Keuntungan dan Manfaat menggunakan e-Learning bagi Guru dan Siswa
Kembali ke Atas